Senin, 08 Desember 2014

Ragu

Kemarin, aku tiba-tiba, entah mengapa, merasa bahwa apalah hidup ini? Semua terasa hambar. Lalu aku bicara pada ibu soal ini. Jarang sekali, aku membicarakan tentang sesuatu yang aneh semacam ini. Aku bertanya, apalah mimpi ibu untukku sebenarnya? Ia ingin aku menjadi apa?

Dan yang ibu katakan hanya satu, "Terserah kamu. Apapun yang kamu inginkan."

Tentu itu bukanlah jawaban yang aku mau. Tidak mengobati apa pun. Tidak memperjelas apa pun. Rumit.

Lalu diam beberapa saat. Apa yang aku inginkan? Apa yang aku ingin lakukan di masa depan?

Lalu aku bilang pada ibu, tentang hatiku yang tiba-tiba merasa hidup ini begitu hambar. Ibu menjawab plan, katanya, itu karena aku terlalu monoton dalam menjalani hidup ini. Mungkin ibu benar. Itulah jawabannya.

Tapi, apa yang harus lakukan? Bagaimanalah, selama ini aku hanya menjalani hidupku yang berputar-putar pada satu rutinitas yang tidak pernah berubah.

Senja merah muda yang menggurat di ufuk barat sore ini, membuatku semakin ragu. Itulah aku. Merah jambu. Tidak pasti. Tidak merah dan tidak putih. Aku seakan setengah-setengah dalam semua hal.

Malam itu aku hanya terlelap di samping ibu. Membawa tidur seluruh pertanyaan dan kegusaran hati. Aku bahkan tidak belajar barang sedikit. Padahal paginya adalah USMP hari terakhir. Meski mater yang diujikan tidaklah begitu penting, tapi aku benar-benar merasa bersalah pada pagi harinya.

Hingga senja hampir kembali datang, aku masih ragu. Maka aku akan menunggu, warna apakah yang akan senja hadirkan untukku kali ini. Merah muda? Jingga? Keemasan? Atau hitam dan gelap, segulita hati ini. Entahlah...