Kamis, 23 April 2015

Puisi Bertema Membangun Revolusi Mental Melalui Seni

Di Persimpangan Jalan
Karya : Nanda Veruna Enun Kharisma ft. Pak Rodi



















Ia menari di persimpangan jalan
Berpeluh dan kumal
Beratapkan langit beralaskan tanah nan kelam
Tak perduli terbakar kulitnya

Dunianya tak mengenali warna dan warni
Hidupnya hanyalah merah dan hijau
Merahmu bernyanyi dan menari
Hijaumu tersandar di tepian dan risau
Berbalut pakaian usang
Menunggu hijau tuk menghilang

Ia menari di persimpangan jalan
Bermandikan debu tak berarti
Melenggok dalam hitungan waktu
Kaki-kaki telanjang mencengkeram
Menawarkan harapan belas kasihan

Bersama kepulan asap yang bergulung di udara
Bersatulah segala cela dan keangkuhan
Yang bersimaharaja
Merebakkan aroma keprihatinan nan lara

Tarianmu adalah untaian perasaan jiwamu
Yang bertahtakan nilai rupiah
Demi bahasa perut yang terkuras atas nama laparmu

Ia menari di persimpangan jalan
Siapakah yang menuntunmu, Tuan?

Duhai debu yang membingkai
Siapakah yang ia cari?
Artikanlah gemulainya tangan dan kaki

Inikah dinamakan olahan jiwa?
Inikah lahirnya mahakarya?
Bukan. Hanyalah tuntutan kehidupan belaka

Wahai tangan-tangan yang di atas
Sentuhlah mereka dengan kuasamu
Wahai tangan-tangan yang di atas
Belailah mereka dengan segenap kasih sayangmu
Wahai tangan-tangan yang di atas
Rengkuhlah mereka dalam eratnya dekapmu

Nun di sana
Lembayung senja masih setia
Menggelayut mesra
Menantikan rembulan untuk bersua

Kala mentari kembali terlelap dalam mimpinya
Gelap pun menyapa malam nan gulita

Terselip secercah harapan
Padamu ya, Tuhan
Sungguh campur tanganmu kudambakan

Tuk esok nan cerah lekas menjelang

Menunggu (I Believe)


“Allah tahu yang aku mau. Tapi Dia juga tahu, yang terbaik buatku.”
        Entah berapa kali aku gagal. Entah sejak kapan aku ingin tahu rasanya menang. Entah pula sampai kapan aku harus menunggu. Keberhasilan demi keberhasilan yang agaknya masih enggan singgah padaku.
        Aku punya Tuhan yang hebat. Allah. Dia tahu bagaimana inginnya aku. Dia tahu bagaimana usahaku. Dia tahu doa-doaku. Dan aku tahu, aku hanya perlu menunggu. Sedikit lebih lama lagi.
‘Sampai kapan aku harus menunggu?’ Aku yakin, sebentar lagi. Sampai Allah mengijinkan. Dan selama aku masih tetap percaya pada-Nya bahwa Dia tak menciptakanku untuk gagal.
        Bayangkan jika aku berputus asa pada kepercayaanku pada-Nya. Itu berarti aku sudah kehilangan kesempatan untuk berhasil. Karena pada saat itu jugalah aku telah gagal. Untuk selamanya. Selama aku tidak kembali membangun rasa percaya itu lagi, yang pastinya sangatlah sulit untuk dilakukan.

       Allah tahu yang aku mau. Tapi aku yakin bahwa Dia juga tahu mana yang lebih baik dan terbaik buatku. Aku percaya akan datang saat di mana semua yang terbaik datang padaku. Selama itu pula aku tak akan berputus pengharapan. Dan terus begitu sampai akhir. Insyaallah.