Rabu, 16 Desember 2015

Gabut di Perpusda

Hari ini, 12 Desember 2015, aku nongkrong di Perpusda sejak jam 12.30(an) siang. Demi apa? Demi melanjutkan rencana download film Filipina yang udah lama banget pengin nonton. Judulnya Para Sa Hopeless Romantic. Film bergenre remaja yang dibintangi oleh sepasang kekasih Nadine Lustre dan James Reid. Semenjak menonton film mereka yang berjudul Diary ng Panget, aku mendadak penasaran dengan couple yang satu ini. Mulai deh kepoin biodata dan twitter mereka. Awalnya sempet ngetweet kalo aku fans mereka dari Indonesia. Tapi ya jelas nggak dibales.

Semenjak itu aku mulai sering browsing film dan acara-acara yang mereka bintangi. Hingga akhirnya aku memproklamirkan diri sebagai Jadine. Yaitu fans clupnya James dan Nadine. Pokoknya pendukung setia mereka sebagai pasangan lah. Lengkapnya Jadine Lustreid. Hahahaha, aku tahu ini konyol banget. Tapi gimana ya, bagiku mereka tak ubahnya Prilly dan Aliando versi Filipina. Ceweknya lumayan cantik dan James udah pasti cakep banget. Malah dulu sempet beranggapan bahwa si James ini mirip sama Ali. Tapi lebih dari itu semua, menurutku mereka cukup bertalenta. Tidak cuma akting, tapi juga tarik suara. Di film-film mereka, ternyata mereka mengisi banyak soundtracknya. Ditambah lagi mereka yang masih muda dan fresh. Apalagi mereka memiliki kemistri yang luar biasa saat beradu akting sebagai sepasang kekasih.

Yang namanya remaja, ya gini  deh. Suka menggandrungi idolanya secara berlebihan. Meski aku tahu, itu nggak baik.

Btw, back to ceritaku yang tadi. Jadi aku di sini buat ngulang download fil PSHR yang kemarin siang secara tragis gagal ketika sisa yang belum terdownload hanya tinggal 34 mb lagi (6%). Padahal udah nunggu tiga jam. Malah sempet ketemu sama mbak-mbak mahasiswa (univ mana lupa) yang minta dicariin jurnal hubungan tembaga dengan manusia. Ceritanya dia mau buat semacam presentasi, dia anak gizi kesehatan. Yang menyebalkan adalah, ternyata dia nggak sendiri. Dia sama cowoknya. Dia minta bantuin searching pake laptopku karena dia gak punya koneksi dan (mungkin) gak tahu caranya konek pake wifi gratis Perpusda. Mbaknya cukup bawel dengan nyuruh ini itu, dan minta si cowok buat fotoin buku yang mau dia pinjem tapi dia gak punya kartu. Yang ngeselin lagi. Mereka pacaran di depanku. Bayangin betapa canggungnya aku di sana. Waktu tinggal dikit lagi. Lima menit. Downloadku masih cukup banyak. Ternyata kecepatan internet di dalam cukup lebih lelet. Akhirnya setelah dia menolak banyak blog yang kubuka, dia menerima satu. Kukopi ke word dan disalin ke flashnya. Dah gitu, mbaknya langsung diemin aku setelah bilang makasih secara basa-basi. Keasyikan sama cowoknya. Aku putuskan duluan keluar.

Di luar kulanjutkan download. Sebenernya Perpusda udah tutup. Tapi wifi masih idup.  Eh, mereka muncul lagi di depanku. Nanya kenapa belum pulang. Kujawab seadanya. Tapi entah kenapa gelagat mbaknya itu tidak ramah. Mungkin karena dia dari Lampung. Jadi beda sama orang Jawa. Mereka lagi-lagi pacaran di depanku. Sumpah ngeseliiin.

setelah pasangan itu pergi, aku sendirian di luar Perpusda di depan loker-loker. Sibuk berharap download bisa kelar sebelum wifi dimatiin. Beberapa petugas terlihat mondar-mandir dan melayangkan tatapan aneh padaku. Seorang bapak-bapak petugas menghampiriku dan menanyaiku beberapa pertanyaan basa-basi. Kuintip downloadanku masih kurang dikit lagi. 40 mb lagi. Tapi secara menyebalkan, koneksi terputus setelah bapak itu masuk ke ruang petugas jaga. Downloadku gagal persis diangka 94%. Dengan muka muram, aku pulang. Bimbang antara melanjutkan ke warnet atau tidak. Tapi akhirnya aku memilih tidak karena sudah cukup sore. Jam 15.40(an).

Hari ini kuharap hal serupa tak terulang. Tapi sepertinya sama saja.



1 komentar: