Jumat, 13 Mei 2016

Wanita Kesayangan (Flash Story 1000 words)

Dengkingan katak meningkahi gemericik hujan. Menguarlah aroma khas hujan di senja hari. Terdengar berisik seonggrok besi tua nan usang yang seakan seluruh onderdilnya ingin melepaskan diri dari cengkeraman baut-baut berkarat itu. Sesosok wanita paruh baya berkepayahan mengayuh pedal menyibak hujan. Sesekali mengangkat mantel biru lusuh yang melorot ke ban.

Di teras, seorang gadis menunggu dengan gelisah. “Ibu dari mana hujan-hujan?” Tuhan, wanita itu masih saja tersenyum! Meski air mukanya tidak bisa berbohong, di sanalah terlukis bertumpuk tanggungan hidup yang menggunung.

“Besok kamu mau beli buku buat belajar UN, kan?” Kania mengangguk. “Alhamdulillah, Ibu dapat rejeki hari ini.” Ia menyerahkan dua lembar uang lima puluh ribuan. Kania terhenyak lantas bertanya, “Ibu dapat uang dari mana?”

Wanita itu sekali lagi tersenyum.

“Nggak usah dipikirin. Yang penting kamu bisa belajar.
“Sekarang Ibu susah, tapi Ibu ikhlas. Demi Allah, Ibu yakin kamu adalah tabungan bahagia Ibu kelak.”

Tes. 

Air mata membanjiri wajah Kania. Dipeluknya wanita kesayangannya itu. Terlintas jelas, bagaimana selama ini dia tidak bersungguh-sungguh belajar, menuntut ini-itu. Sekarang dia sadar, bahwa ada seseorang yang menggantungkan impian teramat besarnya pada dirinya. Yang rela melakukan apa saja demi kebahagiaannya. Maka dipeluknya wanita kesayangannya itu erat-erat.
“Maafin Kania, Bu.” 

Wanita itu hanya tersenyum lembut, hangat.


Tanganmu ibu, tidak ada yang melebihi hangatnya. 

(pict source: balytra.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar